Dr. Hj. Ida Nursida, MA.

Mengenal Taraduf: serupa tapi tak sama

Oleh: Dr. Hj. Ida Nursida, M.A.

Kata مثل   (dibaca mitslu) dan شبه (dibaca syibhu) dàpat dikatakan sebagai taraduf àtau kata yang semakna . Taraduf ialah هُوَ اللَّفْظُ الْمُتَعَدِّدُ لِمَعْنًى وَاحِدٍ ‘ Lafaznya banyak, sedangkan maknanya satu. Atau biasa disebutkan sinonim.

Contoh:

اَللَّيْثُ , اَلْاَسَدُ : singa

اَلْاُسْتَذُ, اَلْمُدَرِّسُ, اَلْمُعَلِّمُ, اَلْمُعَؤَدِّبُ : pendidik, (guru)

اَلْهِرُّ, اَلْقِطٌّ: kucing

Asal kata Taraduf yaitu masdar dari الردف  dalam bentuk fi’il ردف – يردف  yang artinya mengikuti sesuatu. Dalam surat (Al-Anfal: 9) متردفين  diartikan dengan datang berturut-turut, apabila saling mengikuti dikatakan الترادف yaitu اسم الفاعل للمشاركة .

Kata مثل dàpat diartikan sebagai contoh, seperti, bagaikan,  seakan-akan.  Sedangkan kàta شبه dapat diartikan menyerupai, mirip, atau serupa. Bahkan dalam ilmu Balaghah penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena ada kesamaan sifat dikenal dengan istilah  tasybih. Dalam tasybih ada adàt tasybih di antaranya adalah huruf jar kaf yang artinya seperti, huruf jar ka’anna  كاءن yang artinya seakan-akan, مثل yg artinya bagaikan، seperti.

Dalam perkataan orang Arab atau قول العرب ada juga dikenal istilah مثل  (dibaca matsal) atau امثال  yàitu ungkapan yang menyamakan dengan situasi dan  kondisi seseorang. Atau dalam sastra Indonesia dikenal dengan pribahasa  Contoh matsal: قبل الرماء تملأ الكنائن. Arti secara harfiah sebelum memanah penuhi dulu tempat anak panahnya. Dalam pribahasa Indonesia dapat diartikan sebagai: “sedia payung sebelum hujan”. Atau contoh matsal lain  من حفر حفرة وقع فيها Secara harfiyah dapat diartikan siapa yang menggali lobang maka ia akan jatuh ke dalamnya. Dalam pribahasa Indonesia “Senjata makan tuan”. Atau perbuatan jahat pasti akan mengenai dirinya sendiri.

Màtsàl atau amtsal juga terdapat model yang berbeda dalam al-Qur’an sebagai gaya bahasa khusus untuk menarik perhatian pembaca. Amtsal dalam al-Qur’an merupakan visualisasi yang abstrak,  dituangkan dalam berbagai ragam kalimat dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa dan sebanding.

Contoh ayat:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ.

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya terdapat sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.”

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَآءَتْ مَا حَوْلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِى ظُلُمَٰتٍ لَّا يُبْصِرُونَ

Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Al Baqarah : 17).

Menurut Ibn Al Qayyim, amtsal menyerupakan dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua yang kongkrit atas yang lainya dan menganggap yang satu sebagai yang lain.

Sama seperti yang diungkapkan oleh Imam Al Suyuthi bahwa amtsal adalah mendeskripsikan makna dengan gambaran yang kongkrit karena lebih mengesankan di hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang nampak, yang gaib dengan yang hadir.

Gaya Bahasa Tasybih berbeda dengan amtsal dalam al-Quran:

لَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Al-A’raf:179).

Dengan demikian dapat dikatakan kata mitslu dan syibhu termasuk taroduf, serupa tapi tak sama.