FUDA UIN SMH Banten dan FUA UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Kuatkan Sinergi Transformasi Digital, Rintis Kerjasama Strategis ALJABBAR

CIREBON, 12 Desember 2025 – Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten memperkuat komitmennya dalam peningkatan kualitas layanan pendidikan berbasis teknologi digital melalui kerjasama strategis dengan Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.
Kerjasama ini diawali dengan kegiatan benchmarking yang dilakukan oleh pimpinan dan perwakilan dosen FUDA UIN Banten ke kampus UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon. Fokus utama kolaborasi ini adalah pada pertukaran informasi dan praktik terbaik terkait layanan akademik digital dan pengembangan kurikulum. Pertemuan ini juga merintis rencana besar untuk membentuk Skema Kerjasama antar Perguruan Tinggi ALJABBAR (Jakarta, Banten, Bandung, dan Cirebon).
Dekan FUDA UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Dr. Masykur, S.Ag., M.Hum., menyatakan bahwa inisiatif ini sangat penting dalam menghadapi tantangan era Revolusi Industri 5.0.

“Kolaborasi dengan FUA UIN Siber Cirebon merupakan langkah proaktif FUDA UIN SMH Banten untuk mengadopsi model pendidikan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi. Kami mendapatkan banyak masukan berharga. Skema ALJABBAR ini adalah visi jangka panjang kami untuk menciptakan ekosistem akademik yang saling mendukung dan kompetitif di wilayah barat Jawa.”
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Anwar Sanusi, M.Ag., menyambut hangat kunjungan ini. Beliau menekankan bahwa hubungan Banten dan Cirebon bukan hanya sebatas kesamaan biologis dari nama UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, melainkan ada kesamaan visi yang harus diperkuat.
“Hubungan Banten dan Cirebon lebih dari sekadar hubungan biologis secara nama, tetapi juga visi keilmuan. Dalam delapan perjanjian yang ditandatangani oleh kami dengan Rektor, dua hal yang paling ditekankan adalah Internasionalisasi dan Digitalisasi, dan ini adalah andalan kami di Cirebon. Kami telah aktif mengimplementasikan program internasionalisasi, dengan mendatangkan 4-5 narasumber dari luar negeri secara gratis untuk seminar internasional. Bahkan, dalam waktu dekat ini, kami kedatangan mitra kerja sama dari Al-Mushtofa University.”
Dr. Anwar Sanusi, M.Ag., juga memaparkan komitmen nyata FUA UIN SSC Cirebon dalam mendukung mobilitas internasional:
“Kami memiliki komitmen pendanaan yang signifikan. Fakultas kami mengalokasikan dana hingga sampai Rp400 juta untuk mengirimkan dosen dan mahasiswa ke luar negeri. Dalam waktu dekat, kami akan memberangkatkan mahasiswa ke Thailand selama tiga minggu dengan pembiayaan penuh dari Fakultas,” tandasnya.
“Dalam Pengembangan Sumber Daya Internal, kami juga fokus mencari pemateri dari luar negeri sekaligus memaksimalkan pelibatan dosen internal sebagai narasumber.” tambahnya.
Mengenai pilar Digitalisasi, Dr. Anwar Sanusi, M.Ag., menambahkan bahwa FUA UIN SSC Cirebon telah mengimplementasikan layanan yang hampir sepenuhnya digital: “Pelayanan kami di FUA sudah tidak berbasis kertas. Kami adalah salah satu Fakultas yang telah menerapkan digitalisasi secara menyeluruh, di mana semua pelayanan mahasiswa berbasis aplikasi, bahkan jalur pengaduan mahasiswa dapat langsung disampaikan kepada Dekan.”
Sementara itu, Wakil Dekan III FUDA UIN SMH Banten, Dr. Endang Saeful Anwar, M.A., menyoroti aspek dampak kerjasama ini terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dan tata kelola organisasi.
“Kerjasama ini membuka peluang besar bagi dosen dan tenaga kependidikan kami untuk belajar langsung tentang tata kelola fakultas yang efisien dan berbasis digital, sebagaimana yang dipraktikkan di FUA UIN SSC Cirebon. Peningkatan kompetensi ini akan mendukung penuh program Skema ALJABBAR, khususnya dalam mobilisasi mahasiswa dan dosen.”
Kerjasama ini diharapkan menjadi tonggak bagi kedua fakultas untuk terus berinovasi, mencetak lulusan yang unggul, dan mampu bersaing di kancah global dengan dukungan penuh dari teknologi digital dan jaringan regional ALJABBAR.
​Sebagai tindak lanjut, implementasi dari MoA, kedua fakultas menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Diskusi Dosen Antar Perguruan Tinggi yang mengangkat tema sentral: “Kajian Islam dan Budaya perspektif ilmu ilmu Ushuluddin dan Ilmu Adab di Indonesia.”
​FGD ini menampilkan tiga pemateri utama: ​Mohamad Alif, M.Si., ​Dr. Endang Saeful Anwar, Lc., M.A.
​Dr. Andi Rosa, M.A. Muhamad Alif menyampaikan seputar gagasan hadis tematik. Beliau menyampaikan bahwa Istilah hadis tematik mulai digaungkan kembali sejak tawaran metode tafsir Al-Farmawi terhadap Alquran yang memang tidak tersusun secara tematik menjadi tren. Boleh jadi tawaran Al-Farmawi tersebut justru diinspirasi oleh sistematika tematik kitab-kitab hadis yang berkontribusi besar dalam menumbuhkan ilmu fiqh dan ushul fiqh. Studi hadis tematik klasik memiliki dua tujuan, dua bentuk dan dua metode. Yang pertama untuk tujuan identifikasi dan klasifikasi kandungan hadis dalam bentuk sistematika kitab hadis multitema (sistematika muwaṭṭa’āt, jawāmi’ dan sunan) ataupun monotema (sistematika ajzā’) dengan menggunakan analisis konten, kedua untuk tujuan verifikasi hadis mukhtalif dengan metode i’tibar dan takhrij hadis. Namun sayangnya perkembangan hadis tematik kontemporer mencampuradukkan keduanya dalam studi hadis tematik kontemporer, di mana i’tibar dan takhrij hadis menjadi bagian inti dari studi tersebut. Suatu hal yang tidak dilakukan oleh para penulis kitab hadis multitema maupun monotema.
Sementara Endang Saeful Anwar menyampaikan seputar peluang dan tantangan Kecerdasan Buatan dan Linguistik Quran. Menurutnya, perlu disusun Pedoman Etis Penggunaan AI dalam Studi Al-Qur’an dengan melibatkan ulama, akademisi, dan pakar teknologi untuk merumuskan kaidah adab digital terhadap mushaf dan tafsir, termasuk isu komersialisasi, privasi, dan content moderation. Ditambah dengan
Penguatan Literasi Digital dan AI di Kalangan Ulama dan Mahasiswa.
Andi Rosa lebih menyoroti pada gagasan tafsir holistiknya.
​Kegiatan ini menjadi wadah strategis bagi dosen kedua institusi untuk bertukar pandangan, metodologi penelitian, dan mengembangkan kurikulum yang relevan dengan dinamika sosial budaya Indonesia, dilihat dari kacamata Ushuluddin (dasar-dasar agama) dan Adab (humaniora dan kebudayaan Islam). (ESAFA)

Tinggalkan Balasan