Dies Natalis Fakultas Ushuluddin dan Adab ke-28

SERANG – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUDA) UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten sukses menyelenggarakan Dialog Publik pada Kamis, 27 November 2025. Agenda ini menjadi rangkaian acara puncak dalam memperingati Dies Natalis FUDA yang ke-28, sekaligus menjadi wadah refleksi akademik mengenai dinamika sosial-keagamaan kontemporer.

Dengan mengusung tema:

“Membaca Isu Pesantren Feodal: Antara Kearifan Tradisi dan Kebebasan Media”,

forum ini menghadirkan ruang diskusi yang kritis dan objektif tentang posisi pesantren pada era keterbukaan informasi, terutama ketika institusi pendidikan Islam tradisional itu semakin sering bersinggungan dengan sorotan publik dan pemberitaan media massa.


Sorotan Dekan: Menjaga Marwah Tradisi di Era Media Terbuka

Dean of the Faculty of Ushuluddin and Adab, Dr. Masykur, M.Hum, hadir memberikan sambutan sekaligus membuka acara. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa tema yang dipilih mahasiswa sangat relevan dengan kondisi sosial keagamaan saat ini.

Menurutnya, pesantren sedang berada pada “ruang sorot” media dan masyarakat luas. Peristiwa yang mencuat di media nasional, termasuk yang ditayangkan oleh Trans 7, telah memicu diskursus mengenai bagaimana pesantren dipahami, dikritik, dan dibingkai dalam pemberitaan.

“Pesantren sekarang sering menjadi sorotan tajam media, terutama pasca peristiwa yang ditayangkan oleh Trans 7. Hal ini menuntut kita untuk membaca ulang posisi pesantren—bagaimana kita menyeimbangkan antara menjaga marwah tradisi dengan keterbukaan di era kebebasan pers,”
tegas Dr. Masykur di hadapan seluruh peserta.

Ia menambahkan bahwa diskusi seperti ini penting agar mahasiswa tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga analis kritis yang memahami dinamika sosial keagamaan secara komprehensif.


Meluruskan Sejarah FUDA: Penetapan Hari Lahir Fakultas

Perayaan Dies Natalis tahun ini menjadi momen historis bagi FUDA. Selain merayakan usia fakultas, tahun ini juga menjadi penanda penting karena berhasil dijelaskan secara akademik kapan sebenarnya fakultas ini berdiri.

Dr. Masykur mengungkapkan bahwa penetapan tanggal Dies Natalis berawal dari kegelisahan akademik yang muncul di kalangan dosen dan civitas kampus. Ada kebingungan mengenai kapan tepatnya Fakultas Ushuluddin dan Adab berdiri secara resmi.

Berangkat dari kegelisahan tersebut, dilakukan penelusuran arsip, dokumen legal, serta analisis sejarah institusi.

“Awal mula diadakannya Dies Natalis ini berangkat dari kegelisahan akademik. Setelah kita menelusuri arsip dan sejarah pendirian fakultas, ditetapkan bahwa 21 Maret 1997 adalah tonggak historisnya,”
ungkap Dr. Masykur.

Tanggal tersebut merupakan momentum lahirnya cikal bakal fakultas, yaitu Jurusan Ushuluddin, yang pada masa berikutnya berkembang dan dilembagakan menjadi Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUDA) sebagaimana dikenal hari ini.

Penetapan 21 Maret 1997 ini menjadi fondasi kuat dalam merayakan Dies Natalis ke-28, sekaligus mempertegas identitas, perjalanan sejarah, dan komitmen akademik FUDA di tingkat lokal maupun nasional.


Antusiasme Peserta: Ruang Diskusi yang Kritis dan Berwawasan

Acara Dialog Publik berlangsung dengan penuh khidmat dan antusias. Hadir dalam kegiatan ini:

  • Jajaran dekanat

  • Para dosen dan tenaga pendidik

  • Ratusan mahasiswa dari berbagai program studi

Diskusi berjalan aktif, dengan beragam perspektif yang muncul terkait:

  • dinamika kepemimpinan pesantren,

  • isu feodalisme dan relasi kuasa,

  • peran media dalam membentuk opini publik,

  • serta bagaimana pesantren mempertahankan nilai tradisi di tengah tuntutan transparansi.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi perayaan Dies Natalis, tetapi juga menjadi ruang intelektual yang menghidupkan atmosfer ilmiah di lingkungan FUDA.

Leave a Reply