FUDA UIN SMH Banten Gelar Seminar Internasional, Kupas Tuntas AI dan Linguistik Al-Qur’an

FUDA I 4 Desember 2025 — Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUDA) Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin (UIN SMH) Banten kembali menunjukkan komitmennya sebagai garda terdepan dalam kajian keislaman yang progresif dengan menyelenggarakan Seminar Internasional bertema “Artificial Intelligence (AI) dan Linguistik Al-Qur’an: Tantangan dan Peluang di Era Digital.” Acara ini berlangsung di lantai 2 Gedung FUDA dan dihadiri oleh akademisi, peneliti, mahasiswa, serta praktisi teknologi dari berbagai daerah dan institusi mitra.

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB ini disusun dengan format diskusi ilmiah yang interaktif, sehingga tidak hanya menjadi ajang penyampaian materi, tetapi juga forum pertukaran gagasan multidisipliner tentang bagaimana teknologi, khususnya AI, dapat bersinergi dengan disiplin ilmu keislaman.


Pembukaan: Menegaskan Urgensi Keilmuan Islam di Tengah Transformasi Digital

Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), diikuti lantunan selawat yang menghadirkan suasana khidmat. Setelah itu, moderator memperkenalkan tamu undangan, narasumber, serta tujuan akademik kegiatan.

Sesi pembukaan menghadirkan Dr. H. Nana Jumhana, M.Ag., Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, yang memberikan Welcome Speech mewakili Rektor UIN SMH Banten.

Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa transformasi digital yang sedang berlangsung—mulai dari otomasi, machine learning, hingga perkembangan large language models (LLM)—telah mengubah cara manusia belajar, berinteraksi, dan memproduksi pengetahuan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam tidak boleh hanya menjadi penonton.

“Hari ini, perkembangan AI tidak bisa dihindari. AI bukan lagi sekadar wacana futuristik, tetapi realitas yang setiap hari kita gunakan. Maka tugas perguruan tinggi Islam, termasuk FUDA, adalah memastikan bahwa teknologi digunakan untuk memajukan keilmuan Al-Qur’an dan studi agama, tanpa menghilangkan nilai-nilai orisinalitas dan kekayaan tradisi ilmiah Islam.”

Ia juga mengajak civitas akademika FUDA untuk berani mengambil peran dalam pengembangan riset-riset digital berbasis manuskrip, kajian linguistik komputasional, dan inovasi pembelajaran keagamaan.


Keynote Speech: AI Sebagai Peluang dan Tantangan Keilmuan Islam

Sebagai Keynote Speaker, Dr. Masykur, M.Hum., Dekan FUDA UIN SMH Banten, memberikan pidato ilmiah yang memadukan pemahaman filsafat Islam dengan teknologi modern. Dalam penjelasannya, Dr. Masykur menyoroti bahwa sejarah peradaban Islam sendiri sangat dekat dengan inovasi, mulai dari gerakan penerjemahan, klasifikasi ilmu, hingga metode kritik teks (tahqiq). Maka, keterlibatan FUDA dalam menyikapi AI adalah kelanjutan dari tradisi keilmuan tersebut.

“Linguistik Al-Qur’an merupakan jantung keilmuan Ushuluddin dan Adab. Dengan kehadiran AI, kita memiliki peluang melakukan analisis struktural, leksikal, dan semantik terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara yang sebelumnya tidak terbayangkan. Namun, kita juga ditantang untuk memastikan bahwa kedalaman makna tidak direduksi menjadi sekadar data.”

Beliau menegaskan bahwa AI dapat menjadi mitra strategis bagi ilmuwan Islam, bukan pengganti otoritas ilmiah. Para ulama dan peneliti tetap memegang peran dalam memberikan konteks, hikmah, dan nilai etis.


Sesi Pemaparan Narasumber: Dua Perspektif, Satu Tujuan

Seminar ini menghadirkan dua narasumber yang mewakili perspektif internasional dan lokal, dipandu oleh Hadian Rizani, M.Hum., Kaprodi Bahasa dan Sastra Arab FUDA.


1. Perspektif Internasional – Dr. Muhamad Abdullah bin Ali Muhyiddin

Dekan Pascasarjana Universitas al-Qur’an Internasional Sudan

Dr. Abdullah menjelaskan perkembangan riset AI di dunia Arab dan Afrika, terutama pada bidang tahfidz digital, tafsir komputasional, dan pengelolaan basis data manuskrip Islam.

Beliau memaparkan bahwa sejumlah universitas di Timur Tengah telah mengembangkan algoritma untuk:

  • mendeteksi kesalahan bacaan Al-Qur’an,

  • memetakan akar kata (jidzr) secara otomatis,

  • membangun jaringan semantik kata-kata Al-Qur’an,

  • serta mengelompokkan ayat berdasarkan tema tematik (maudhu’i).

Namun, ia juga mengingatkan bahwa AI tidak memiliki dzauq lughawi atau rasa bahasa yang menjadi inti dari keindahan Al-Qur’an.

“AI dapat memproses data dengan kecepatan tinggi, tetapi ia tidak memiliki intuisi kebahasaan. Oleh karena itu, ulama dan sarjana tetap menjadi penjaga otentisitas ilmu.”

Ia mendorong kerjasama antara Indonesia dan Sudan dalam pengembangan database Qur’ani yang terstandarisasi, termasuk data morfologi, sintaksis, dan tafsir klasik.


2. Perspektif Lokal – Endang Saeful Anwar, M.A.

Dosen IAT & Wakil Dekan III FUDA UIN SMH Banten

Endang Saeful Anwar menyajikan analisis kritis mengenai posisi AI dalam kajian tafsir yang selama ini menuntut kepekaan sejarah, pemahaman asbabun nuzul, dan pengetahuan tentang konteks masyarakat Arab pra-Islam.

Beliau menekankan beberapa keterbatasan AI:

  • AI hanya mengenali pola, bukan makna batiniah ayat,

  • AI tidak dapat memahami konteks turunnya ayat,

  • AI berisiko menyederhanakan dinamika tafsir,

  • dan AI sangat tergantung pada kualitas data yang digunakan.

“AI harus dipahami sebagai alat bantu. Untuk memahami sebuah ayat, kita tetap harus merujuk pada sumber-sumber otoritatif seperti kitab tafsir, ulama, dan tradisi ilmiah yang terjaga selama berabad-abad.”

Beliau juga mencontohkan bagaimana mahasiswa dapat menggunakan AI secara positif, misalnya dalam pencarian rujukan literatur, eksplorasi kata kunci, atau analisis awal teks, namun tetap mengedepankan pendekatan ilmiah.


Diskusi Interaktif: Mahasiswa FUDA Semakin Melek Teknologi

Sesi tanya jawab menjadi salah satu bagian paling menarik. Para peserta mengajukan berbagai pertanyaan, seperti:

  • Apakah AI dapat digunakan untuk mengembangkan tafsir tematik?

  • Sejauh mana AI dapat membantu memahami balaghah Al-Qur’an?

  • Bagaimana etika penggunaan AI dalam penelitian keagamaan?

  • Apa langkah yang perlu diambil FUDA agar tidak tertinggal perkembangan digital?

Tanggapan narasumber menunjukkan bahwa dialog antara tradisi Islam dan teknologi perlu terus dibangun melalui riset terarah, kurikulum yang adaptif, dan kolaborasi internasional.


Penutup: FUDA Mantapkan Diri sebagai Pusat Kajian Islam Berbasis Teknologi

Seminar Internasional ditutup dengan pesan untuk memperkuat kolaborasi antara fakultas, mahasiswa, dan lembaga penelitian. Era digital bukan ancaman, tetapi kesempatan besar bagi FUDA untuk memperluas cakrawala keilmuan.

Kegiatan ini sekaligus menjadi bukti bahwa FUDA UIN SMH Banten siap menatap masa depan pendidikan Islam yang lebih progresif, kompetitif, dan berbasis teknologi global.

Acara berakhir dengan penyerahan plakat penghargaan dan sesi foto bersama.

(Esafa)

Tinggalkan Balasan