HMPS IAT UIN SMH Banten dan Pusat Studi Tafsir Nusantara Gelar Kajian Tafsir Marah Labid dalam Peringatan Nuzulul Quran

FUDA I Sabtu (22 Maret 2025) – Dalam rangka memperingati Nuzulul Quran, Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (HMPS IAT) UIN SMH Banten bekerja sama dengan Pusat Studi Tafsir Nusantara (PSTN) menggelar kajian tafsir Marah Labid karya Syekh Nawawi al-Bantani secara daring pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2025. Acara ini diikuti oleh 105 peserta dari 9 kampus di Banten dan Jakarta, termasuk mahasiswa, akademisi, dan pemerhati tafsir.
Dalam Harapannya, ketua HMPS IAT UIN SMH Banten, Muhamad Alif Zibran, “Harapannya, Semoga kajian tafsir Marah Labid ini menjadi langkah awal bagi lahirnya lebih banyak akademisi dan cendekiawan Muslim yang mendalami serta mengembangkan tafsir ulama Nusantara. Semoga semangat Syekh Nawawi al-Bantani dalam menggali dan menyebarkan ilmu terus menginspirasi generasi muda, sehingga warisan intelektual Islam di Indonesia semakin hidup dan berkembang. Dan semoga PSTN semakin berkontribusi dalam membangun tradisi intelektual yang kuat, melahirkan generasi mufassir muda, dan menjadikan tafsir Nusantara semakin dikenal di tingkat nasional maupun global.”ujarnya.
Dalam sambutannya, Ketua Pusat Studi Tafsir Nusantara, Kholil Umami, menekankan bahwa kajian ini adalah bentuk ikhtiar untuk mempromosikan kembali serta mewarisi pemikiran ulama tafsir Nusantara. “Selain membangun tradisi intelektual, kita juga melihat sosio-historis dari sebuah tafsir yang dipengaruhi oleh kondisi sosial pada masanya. Sebelumnya, kami telah mengkaji tafsirnya Abdurrauf Singkel yang khas dengan bahasa Melayu bersama teman-teman mahasiswa di Aceh, serta tafsir KH. Sholeh Darat yang menggunakan aksara Pegon sebagai media perlawanan terhadap penjajah. Kini, kita mendalami tafsir Syekh Nawawi al-Bantani, seorang tokoh asli Banten yang namanya harum di Hijaz. Harapan kami, semoga dari kajian ini lahir Nawawi muda masa kini yang produktif dalam menghasilkan karya,” ujar Kholil Umam.
Acara dilanjutkan dengan mauidzah hasanah oleh Dewan Pakar Pusat Studi Quran, Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A., yang mengajak peserta untuk merenungi peristiwa Nuzulul Quran. Ia juga memberikan dukungan terhadap kajian ini, mengingat tidak mudah untuk menyelenggarakan kajian tafsir yang berkelanjutan. “Sudah banyak yang berniat untuk membuat kajian tafsir seperti ini, tetapi tidak semua dapat berlangsung dengan baik. Terima kasih kepada Gus Jazil yang telah memfasilitasi acara ini. Dalam memahami Al-Qur’an, kita tidak hanya perlu membaca teksnya, tetapi juga memahami konteksnya. Saya berharap PSTN dapat terus mengkaji sisi konteks interpretasi mufassir Indonesia dalam berbagai bentuk, termasuk melalui perlombaan,” tuturnya.
Setelah sesi mauidzah hasanah, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi bedah Tafsir Marah Labid yang diampu oleh Dr. Andi Rosa, M.A., dosen tafsir UIN SMH Banten, dan Enok Ghosiyah, M.Ag., demisioner Ketua Umum PP FKMTHI. Kedua pemateri mengupas bagaimana Syekh Nawawi menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur’an dalam konteks keilmuan dan sosial pada zamannya, serta relevansinya bagi umat Islam masa kini.
Sebagai penutup, pembina Pusat Studi Tafsir Nusantara, Dr. H. Jazilul Fawaid, S.Q., M.A., memberikan arahan kepada para peserta. Ia menekankan pentingnya meneladani tokoh mufassir seperti Syekh Nawawi al-Bantani. “Sebagai akademisi, kita harus meneladani tokoh-tokoh seperti Syekh Nawawi, karena ada banyak ilmu dan manfaat yang bisa kita pelajari dari beliau. Salah satu bentuk keteladanan itu adalah menjadikan Al-Qur’an benar-benar turun ke dalam hati kita, terutama di malam Nuzulul Quran ini. Saya berharap kajian seperti ini tetap berlanjut dan semakin berkembang ke depannya,” pesannya.
Kegiatan ini kemudian ditutup dengan doa bersama, sebagai bentuk harapan agar ilmu yang diperoleh dalam kajian ini dapat membawa manfaat dan keberkahan bagi seluruh peserta. Pusat Studi Tafsir Nusantara berharap agar kajian tafsir ulama Nusantara dapat terus dilaksanakan secara rutin guna memperkuat pemahaman dan kecintaan terhadap warisan intelektual Islam di Indonesia.

Editor: Faisal (Humas FUDA) dan HMPS IAT

Leave a Reply