Kearifan lokal Banten, yang tercermin dalam tradisi keilmuan ulama seperti Syekh Nawawi al-Bantani, diintegrasikan dalam enam program studi: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Ilmu Hadis, Aqidah dan Filsafat Islam, Sejarah Peradaban Islam, Bahasa dan Sastra Arab, serta Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam. Distingsi ini tidak hanya memperkuat karakter akademik, tetapi juga membangun narasi keilmuan yang berakar pada tradisi lokal dan berkontribusi pada konstelasi ilmu pengetahuan global.
Dalam konteks krisis lingkungan global, pendekatan ekoteologi menjadi semakin relevan. Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN SMH Banten, melalui distingsi kearifan lokalnya, memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada penguatan ekoteologi Islam yang berbasis tradisi dan spiritualitas lokal. Ekoteologi Islam merupakan pendekatan teologis yang menempatkan alam sebagai bagian integral dari relasi spiritual manusia dengan Tuhan. Kearifan Banten mengajarkan harmoni antara manusia dan alam. Nilai-nilai seperti tata titi , ngaji alam , dan syukur bumi yang hidup dalam tradisi masyarakat Banten dapat menjadi landasan teologis untuk membangun kesadaran ekologis. Dalam studi Aqidah dan Filsafat Islam, misalnya, konsep tauhid tidak hanya dimaknai sebagai hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga sebagai tanggung jawab horizontal terhadap ciptaan-Nya.
Relevansi Akademik dan Teologis
Program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dapat menggali ayat-ayat ekologis dengan pendekatan tafsir lokal, yang mengaitkan teks dengan konteks alam Banten. Begitu pula Ilmu Hadis dapat menelusuri riwayat yang menekankan etika lingkungan, seperti larangan merusak pohon, menyiksa hewan, dan pentingnya menjaga air. Ekoteologi bukan hanya wacana, tetapi praksis. Melalui pengabdian masyarakat dan riset berbasis kearifan lokal, mahasiswa dan dosen dapat mengembangkan model konservasi berbasis pesantren, pertanian berkelanjutan berbasis spiritual, dan kampanye lingkungan yang berakar pada nilai-nilai Islam Nusantara. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 19:
“Dan Kami telah menghamparkan bumi, dan Kami letakkan padanya gunung-gunung, dan Kami tumbuhkan di dalamnya segala sesuatu menurut ukuran.” Ayat ini menunjukkan bahwa segala ciptaan di bumi memiliki takaran dan fungsi yang teratur. Ini menjadi landasan ekoteologi tentang keteraturan dan keberlanjutan.
Dengan menjadikan kearifan lokal sebagai pintu masuk ekoteologi, Fakultas Ushuluddin dan Adab tidak hanya membangun keilmuan yang relevan secara lokal, tetapi juga menjawab tantangan global dengan pendekatan spiritual yang membumi. Ini adalah bentuk kontribusi nyata dari Banten untuk dunia: membangun teologi yang tidak hanya menyelamatkan jiwa, tetapi juga menjaga bumi.