Hari Santri Nasional menjadi momentum penting bagi kita untuk mengenang dan menghargai kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” mengingatkan kita akan peran penting santri dalam menjaga dan memajukan bangsa ini.
Pesantren, sebagai institusi pendidikan Islam tradisional, telah menjadi bagian integral dari sejarah Indonesia sejak abad ke-15. Pesantren-pesantren seperti Kebumen, Semarang, Giri, Demak, dan Kudus menjadi pusat penyebaran Islam dan pendidikan di Jawa. Santri-santri yang menimba ilmu di pesantren-pesantren ini tidak hanya menjadi kyai dan ulama, tetapi juga menjadi pejuang kemerdekaan.
Pada masa kolonial, pesantren-pesantren menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah. Santri-santri seperti Kyai Haji Hasyim Asy’ari, Kyai Haji Ahmad Dahlan, dan Kyai Haji Wahid Hasyim menjadi tokoh-tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka tidak hanya berjuang untuk kemerdekaan, tetapi juga untuk memajukan bangsa ini.
Dalam konteks ini, kita dapat mengambil inspirasi dari Surat Mujadilah Ayat 11, yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini dilantunkan saat pembukaan acara yang mengingatkan kita akan pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam memajukan bangsa ini. Santri-santri Indonesia harus terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan mereka untuk menjadi pemimpin dan pejuang kemerdekaan.
Puncak Hari Santri Nasional tahun 2025 pada Malam Bakti Santri untuk Negeri dilaksanakan di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indonesia Jakarta, pada tanggal 24 Oktober 2025. Acara ini dihadiri oleh Presiden RI, Prabowo Subianto (secara rekaman), dan Menteri Agama, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A, serta para pejabat eselon 1 di lingkungan Kementerian Agama. Acara ini juga dihadiri oleh para santri, Kyai, ulama, akademisi, dan tokoh-tokoh masyarakat. Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti pertunjukan orkestra santri Bone dan penyanyi Putri Arini.
Dalam sambutannya, Presiden RI menyampaikan apresiasi atas kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengatakan bahwa santri tidak hanya menjaga moral, tapi juga menjaga bangsa dan negara sebagai bentuk pengabdiannya. Santri adalah contoh bagi kita semua, dan kita harus terus mendukung dan memotivasi mereka untuk menjadi pemimpin dan pejuang kemerdekaan.
Menteri Agama juga mengatakan bahwa santri adalah malaikat-malaikat kecil yang mondok di pesantren sejak kecil, yang dengan kesungguhan dan semangat mereka, menimba ilmu dan menjadi pemimpin bangsa. Mereka adalah contoh bagi kita semua, dan kita harus terus mendukung dan memotivasi mereka untuk menjadi pemimpin dan mujahid kemerdekaan.
Dalam acara ini, kita mengenang dan menghargai kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kita juga membahas tentang peran santri dalam memajukan bangsa ini. Kita harus terus memajukan dan mengembangkan pesantren-pesantren sebagai pusat pendidikan dan peradaban, sebagaimana yang diamanatkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. KH. Amin Suyitno, M.Ag selalu Ketua Panitia. Di akhir sambutannya, kado terindah di HSN 2025 ini adalah dalam beberapa pekan ke depan akan terbentuknya Direktur Jenderal Pesantren.
Beliau menjelaskan bahwa syair lagi “Krasan wonten pondok”. Krasan wonten pondok itu untuk ngaji terus, dan ngaji terus, mugo-mugo dadi wong kang sholeh mengingatkan kita akan semangat dan kesungguhan santri dalam menimba ilmu. Semangat ini harus terus dipupuk dan dikembangkan untuk memajukan bangsa ini.
Dengan demikian, kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa ini untuk menjadi negara yang maju, sejahtera, dan beradab. Kita dapat mewujudkan Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.



