Prof. Dr. phil. Sahiron, M.A. Berikan Arahan Strategis dalam Review Kurikulum OBE Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN SMH Banten

Tangerang Selatan, 15 Oktober 2025 – Dalam rangka penguatan kualitas akademik dan kesesuaian kurikulum dengan perkembangan kebutuhan zaman, Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUDA) UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten menggelar kegiatan Workshop Review Kurikulum Berbasis Outcome Based Education (OBE). Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 14 hingga 16 Oktober 2025, bertempat di Hotel Trembesi, Kota Tangerang Selatan, Banten.

Acara ini diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari unsur pimpinan fakultas, seperti Dekan, para Wakil Dekan, para Ketua dan Sekretaris Program Studi, Gugus Kendali Mutu (GKM), perwakilan dari Rektorat, serta tenaga kependidikan mulai dari Kabag Tata Usaha hingga staf pelaksana. Seluruh peserta menunjukkan antusiasme dan komitmen yang tinggi dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, yang dirancang untuk memperkuat struktur dan arah kurikulum yang relevan, mutakhir, dan aplikatif.

OBE: Menyusun Kurikulum dengan Orientasi pada Hasil Nyata

Kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) merupakan pendekatan pembelajaran modern yang menekankan pada pencapaian hasil belajar (learning outcomes) yang terukur dan relevan dengan dunia nyata. Dalam pendekatan ini, yang menjadi pusat perhatian bukan hanya materi atau isi pengajaran, melainkan capaian kompetensi mahasiswa setelah mereka menyelesaikan pendidikan.

Model OBE memastikan adanya keselarasan antara profil lulusan, Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), metode pembelajaran, dan sistem penilaian. Pendekatan ini dinilai lebih efektif dalam mempersiapkan lulusan yang tidak hanya memiliki pemahaman teoretis, tetapi juga keterampilan praktis dan kesiapan kerja.

Dalam konteks FUDA UIN SMH Banten, penerapan OBE menjadi bagian dari langkah strategis menuju fakultas yang unggul dan kompetitif, baik di tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu, proses review kurikulum ini dilakukan secara mendalam dan melibatkan para pemangku kepentingan yang memiliki kompetensi serta tanggung jawab langsung terhadap mutu akademik.

Arahan Strategis Prof. Dr. phil. Sahiron, M.A.

Sebagai narasumber utama dalam kegiatan ini, hadir Prof. Dr. phil. Sahiron, M.A., Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (DIKTIS) Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam sesi pemaparannya, Prof. Sahiron memberikan berbagai arahan strategis yang sangat relevan dengan tantangan dan dinamika pendidikan tinggi saat ini.

Beliau menegaskan bahwa penyusunan kurikulum OBE harus dilakukan dengan koordinasi yang intensif bersama Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) di tingkat universitas maupun fakultas. Penjaminan mutu bukan hanya formalitas, tetapi merupakan instrumen utama dalam menjaga kesesuaian kurikulum dengan standar nasional dan internasional.

Selain itu, Prof. Sahiron juga menekankan pentingnya pergeseran paradigma dalam pendidikan tinggi, dari sekadar penyampaian informasi menjadi proses pembelajaran yang melatih kemampuan dan keahlian mahasiswa. Menurut beliau:

“Mahasiswa tidak hanya diajarkan untuk mengetahui sesuatu, tetapi juga harus dilatih untuk mampu melakukan sesuatu. Pendidikan harus melahirkan manusia yang kompeten, adaptif, dan mampu berkontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat.”

Kurikulum Berbasis Cinta (KBC): Dimensi Spiritual dan Kemanusiaan dalam Pendidikan

Dalam forum tersebut, Prof. Sahiron juga menyampaikan pesan penting dari Menteri Agama RI terkait pengembangan dan implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).

KBC adalah pendekatan pendidikan yang menjadikan “cinta” sebagai fondasi utama pembelajaran. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia yang utuh secara spiritual, emosional, sosial, dan intelektual. Dalam praktiknya, KBC tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan keberagaman.

KBC dibangun atas lima nilai utama yang dikenal sebagai PANCINTA, yaitu:

  1. Cinta kepada Tuhan
  2. Cinta kepada diri sendiri dan sesama
  3. Cinta kepada ilmu pengetahuan
  4. Cinta kepada lingkungan
  5. Cinta kepada bangsa dan negara

Konsep KBC saat ini masih dalam proses finalisasi draf, dan akan segera dirilis dalam bentuk dokumen resmi oleh Kementerian Agama. Dalam implementasinya di kampus, KBC dapat hadir sebagai mata kuliah mandiri atau diintegrasikan ke dalam mata kuliah yang sudah ada.

Prof. Sahiron menegaskan bahwa pendekatan KBC akan memperkaya kurikulum OBE yang cenderung teknokratik dengan sentuhan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan. Ia juga menekankan bahwa peran perguruan tinggi keagamaan memiliki dua fungsi besar, yaitu:

  1. Transfer keilmuan secara akademik dan profesional, dan
  2. Peran sebagai lembaga dakwah, yang membina nilai-nilai moral, spiritual, dan kebangsaan kepada mahasiswa dan masyarakat luas.

Antusiasme Peserta dan Komitmen Institusional

Kegiatan ini berlangsung dalam suasana yang sangat interaktif dan konstruktif. Para peserta aktif berdiskusi, bertukar pandangan, dan merancang strategi implementasi kurikulum OBE dan integrasi KBC sesuai dengan konteks keilmuan masing-masing program studi di FUDA.

Leave a Reply